Kurniawati, Wa Ode Yusti
(2021)
TRADISI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)
DINI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SULAA KOTA BAU-BAU:STUDI KUALITATIF.
Skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Kendari.
Abstract
Latar Belakang : Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber energi dan nutrisi terpenting
pada anak untuk memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi pada anak usia 6-12
bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan. ASI juga
merupakan sumber nutrisi yang penting pada proses penyembuhan ketika anak sakit
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI ekslusif diantaranya
adalah faktor tradisi yakni kebiasan yang biasa dilakukan oleh orang tua sebelumnya,
anggota keluarga yang memang menganggap pemberian MP-ASI merupakan hal yang
wajar selama bayi tidak rewel dan dapat tenang apabila kenyang.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang memiliki bayi umur 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sulaa Kota
Bau-Bau tahun 2020 sebanyak 52 orang dan sampel berjumlah 15 orang (6 orang ibu
bayi, 6 orang keluarga dan 3 orang petugas Kesehatan). Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam menggunakan alat bantu kuesioner dan analisis data
dilakukan dengan membaca semua transkrip, kemudian di interpretasikan secara
deskriptif dalam bentuk narasi.
Hasil:Penelitian menunjukan bahwa ibu balita mempunyai kebiasaan memberikan air
perasan daun paria kepada bayi baru lahir dan pisang kepada bayi yang rewel atau
sering menangis. Pemberian air perasan daun paria tersebut bertujuan mengeluarkan
lendir dari dalam kerongkongan bayi. Sedangkan pemberian pisang kepada bayi mereka
beranggapan bahwa bayi yang rewel bertanda bayi tersebut kelaparan, selanjutnya bayi
diberi susu formula apabila ibu bayi tersebut tidak keluar ASInya, kemudian bayi juga
diberikan pisang. Pemberian pisang ini tergantung dari kondisi bayi, ada ibu bayi yang
memberikan pada usia 7 hari, 3 bulan atau bahkan 5 bulan. Hambatan dalam pemberian
ASI adalah kurangnya atau tidak lancarnya ASI ibu, serta tidak adanya dukungan dari
orang tua.
Kesimpulan : Tradisi pemberian makan pada bayi yang diterapkan adalah diberikan air
perasan daun paria, susu formula dan pisang. Ibu tidak memberikan ASI Ekslusif karena
air susunya tidak lancar. Penelitian ini menyarankan Bagi pihak Puskesmas Sulaa
perlunya dibentuk kelas ibu hamil atau kelas ibu Balita sehingga pemberian informasi
tentang ASI Ekslusif dapat dilakukan secara kontinyu (terus menerus) dan tidak hanya
bersifat satu arah yang datangnya dari petugas kesehatan tetapi juga bersifat dua arah
sehingga informasi juga bisa berasal dari ibu dan dapat menentukan langkah kebijakan
yang akan dilakukan.
Kata kunci : Tradisi, Cara Pemberian ASI dan Hambatan Pemberian ASI Eksklusif
Actions (login required)
|
View Item |